Kamis, 10 Maret 2011

Aligarh

ALIGARH DI ANAK BENUA INDIA: MENUJU SISTEM PENDIDIKAN ISLAM MODERN


Hamka

A. Pendahuluan

Salah satu masalah yang telah lama dihadapi oleh orang-orang Islam di India di akhir abad 19 adalah ketidakmampuan pendidikan Islam untuk memenuhi tuntutan perkembangan dunia. Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan Muslim di negara ini relatif belum berkembang. Lembaga-lembaga ini hanya memusatkan perhatian pada ilmu pengetahuan keislaman yang terbatas dan sebagian besar berhubungan dengan praktek-praktek pelaksanaan ajaran agama yang menghindarkan diri dari ilmu-ilmu modern yang dibutuhkan sesuai dengan tuntutan dunia modern. Di negara ini (India) orang-orang Islam pada umumnya tidak dipersiapkan untuk melakukan pengkajian-­pengkajian ilmu-ilmu dan literatur modern karena dianggap tidak sesuai dengan agama. Di sisi lain, ilmu-ilmu tua dari Timur yang dipelajari oleh kaum Muslimin, dianggapnya sama sekali tidak berguna dan tidak mengandung kepentingan praktis.[1] Selain itu, ada sebagian masyarakat India yang ingin maju dalam bidang perdagangan, pertanian, industri dan kerajinan, yang menurut pendapat Sayyid Ahmad Khan, seorang pemikir India yang sangat penting peranannya dalam Aligarh College, bahwa semua itu tergantung pada pendidikan dari dunia modern.[2]

Sementara itu, sistem pendidikan kolonial tidak bisa memenuhi harapan orang-orang Islam karena dianggap tidak sesuai dengan agama dan hanya merupakan upaya untuk menghentikan mereka agar tidak melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang telah lama dianut oleh nenek moyang mereka.[3] Sayyid Ahmad Khan memahami sepenuhnya bahwa orang-orang Islam sangat tidak suka kepada sistem pendidikan Barat dan dia mengetahui pula bahwa sikap mereka vang menentang sistem pendidikan pemerintah (kolonial) bukan merupakan "suatu kebetulan", orang-grang Islam menolaknya karena empat alasan :

1) Tradisi politik mereka;

2) Keyakinan agama mereka;

3) Adat-istiadat mereka; dan

4) Kemiskinan sosial.[4]

Diantara alasan-alasan tersebut, agama dipercaya sebagai alasan yang sangat prinsipal. Hal ini karena, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Sayyid Ahmad Khan, orang-orang Islam diwajibkan untuk mengetahui semua ajaran agamanya, mendiskusikannya dan mengatur kehidupan mereka sesuai dengan agamanya. Oleh karena itu, berdasarkan alasan ini dia berpendapat bahwa pendidikan sekuler murni tanpa ajaran agama bagaikan raga (badan) tanpa jiwa (ruh).[5] Disamping itu, dia tidak pernah setuju bila pendidikan bagi orang-orang Islam harus dibimbing dan dikendalikan oleh kekuatan asing. Dia mengatakan bahwa rakyat India tidak bisa mengharapkan adanya karakter dan integritas nasional melalui sekolah-sekolah dan perguruan tinggi milik pemerintah (kolonial Inggris).[6] Dia juga mengatakan bahwa bangsa apapun yang menginginkan untuk meningkatkan pendidikan nasionalnya tidak bisa berharap terlalu banyak untuk mencapai tujuannya sebelum bisa menanganinya sendiri.[7]

Dalam bidang pendidikan, orang-orang Hindu di India memperoleh beberapa keuntungan dari kebijakan pendidikan pemerintah Inggris. Mereka merasa bahwa pendidikan milik pemerintah akan memberikan akses kepada mereka untuk mendapatkan pekerjaan di pemerintahan, dan pada saat itu, mereka meninggalkan orang-orang Islam jauh di belakang baik dalam bidang pendidikan maupun ekonomi. Akibatnya, orang-orang Hindu menjadi favorit (disukai) oleh pemerintah Inggris karena kesediaan mereka untuk mengadopsinya, sementara orang-orang Islam tidak mendapatkan dukungan dari manapun disebabkan oleh propaganda yang bersifat memusuhi penguasa yang berasal dari lingkungan Muslim konservatif.[8]

Selain itu, isu tentang adanya hubungan antara kolonialisme dengan Kristenisasi di negara-negara jajahan telah mendorong reaksi terhadap pendidikan pemerintah kolonial. Pada tahun 1835, misalnya, ketika orang-orang Islam India mulai mengetahui bahwa pemerintah Inggris bermaksud untuk memulai pengajaran bahasa Inggris di semua sekolah, mereka menyampaikan keberatan dengan menyatakan bahwa rencana itu jelas-Jelas bertujuan untuk mengubah keyakinan mereka dan mengajak rakyat untuk menjadi Kristen.[9] Meskipun pemerintah sesudah itu mengumumkan kebijakan tentang adanya netralitas agama yang sangat ketat, ropaganda para misionaris Kristen telah menakutkan orang Islam. Mereka bahkan menginterpretasikan jaminan netralitas agama yang tulus dari pemerintah sebagai alat licin untuk merampas mereka dari keimanannya.[10]

Kondisi-kondisi pendidikan Muslim tersebut diatas mendorong semangat Sayyid Ahmad Khan di India untuk berjuang membangun lembaga pendidikan bagi generasi mendatang.

Makalah ini berusaha untuk rnengkaji lembaga pendidikan Aligarh yang dirikan oleh Sayyid Ahmad Khan, bukan mengenal Sayyid Ahmad Khan itu sendiri.

B. Reformasi Pendidikan Muslim

Reformasi pendidikan muslim yang dilakukan oleh Gerakan Aligarh (Aligarh movement) merupakan upaya untuk mengatasi kondisi pendidikan muslim yang anggap tidak berkembang. Gerakan ini bertujuan, sebagaimana dikatakan oleh Sayyid Ahmad Khan, untuk memberikan sistem pendidikan clan pengajaran bagi para muslim yang sesuai dengan kebutuhan jamannya. Bila rakyat tidak dididik sesuai dengan tuntutan jaman, mereka akan menjadi miskin, bodoh dan tidak berkemampuan apa-apa, dan akhirnya akan tersingkir dalam derasnya arus kemajuan.[11] Gerakan ini berusaha untuk mereformasi pendidikan Islam dengan cara memperkenalkan nilai-nilai baru dan suatu sistem yang sesuai dengan tuntutan masa depan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Reformasi tersebut meliputi dua aspek penting, yaitu aspek ideal dan aspek teknis.

The Aligarh College bertujuan untuk:

1. memberi pendidikan yang bebas (liberal) kepada orang-orang Islam;

2. menghilangkan tradisi masa lampau yang menyesatkan dan menghambat kemajuan orang Islam;

3. menghilangkan beberapa prasangka yang sampai sekarang ini berjalan dan berpengaruh buruk terhadap bangsa Muslim;

4. mendamaikan pengajaran Timur dengan literatur dan ilmu pengetahuan Barat;

5. memberi inspirasi ke dalam pemikiran-pemikiran orang Timur mengenai energi (kekuatan) yang dimiliki oleh orang-orang Barat;

6. membuat orang-orang Islam India agar menjadi berharga dan berguna bagi Penguasa (raja) Inggris;

7. memberi inspirasi kepada mereka bahwa kesetiaan yang muncul tidak berasal dari penyerahan dengan sikap merendahkan diri kepada aturan-aturan negara lain, tetapi berasal dari penghargaan murni berkat pemerintah yang baik.

Inilah tujuan-tujuan yang disampaikan oleh para pendiri Aligarh College dalam kebijakan-kebijakannya.[12]

Tujuan-tujuan tersebut didasarkan atas Islam yang mengajarkan bukan saja ajaran agama (dalam arti sempit, misalnya shalat, puasa, zakat atau haji saja) pada pemeluknya, tetapi juga semua aspek yang berkaitan dengan kehidupan di dunia ini. Dari sudut pandang ini, ilmu (science) seharusnya tidak dipahami sebagai pembagian yang kaku antara ilmu agama dengan ilmu umum (sekuler), seperti yang lakukan orang-orang pada umumnya, tetapi lebih dari itu. Sayyid Hossein Nasr mengatakan bahwa untuk memahami ilmu keislaman dalam esensinya, memerlukan pemahaman terhadap beberapa ajaran Islam itu sendiri.[13] Prinsip-prinsip ini berdasarkan atas universalitas ajaran Islam, yang menekankan keseimbangan antara kehidupan dinia dan akhirat.

Untuk tujuan ini, disamping memformulasikan cita-cita tujuan pendidikannya, gerakan Aligarh juga mengadakan reformasi pendidikan yang bersifat teknis dengan cara memperkenalkan beberapa perubahan dalam metode-metode belajar, organisasi pendidikan, dan rasionalisasi mata pelajaran dan kurikulum.[14]

Banyak diantara reformasi teknis pendidikan yang diambil dari sistem pendidikan modern. Sayyid Ahmad Khan mengatakan bahwa Perguruan Tinggi Aligarh (Aligarh College) ini mengikuti model universitas Oxford dan Cambrige dan semua mahasiswanya harus tinggal di asrama. Shalat diwajikan baik bagi mahasiswa Syi'ah maupun Sunni. Kehadiran mahasiswa pada waktu shalat sangat penting dan kehadirannya secara teratur harus terus dipelihara. Kehidupan sekolah berkisar seputar aktivitas-aktivitas para siswa setempat.[15] Kepala sekolahnya adalah Provost (Pembantu Rektor) dan bertugas mengawasi beberapa asrama melalui Proctors (Pengawas mahasiswa) dan Sub-proctors (pembantu pengawas mahasiswa). Disiplinnya sangat ketat tetapi bersifat paternal. Karena itu, jarang terjadi pelanggaran disiplin dan hukumannya sebagian besar bersifat psikologis dan korektif. Setiap asrama didorong agar merencanakan dan menentukan programnya sendiri berupa permainan-permainan, perkemahan, kunjungan sosial dan piknik. permainan berupa drama dipentaskan di atas panggung sekali setiap tahunnya dan pada umumnya melukiskan problem-problem politik dan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Pelajaran agama menjadi bagian yang integral dengan progra-pr­ogram itu. Terlepas dari kelas-kelas reguler, juga terdapat seminar-seminar dan ceramah-ceramah. Setiap asrama menilliki masjid dan kehadiran saat shalat merupakan kewajiban.[16]

Salah satu diantara gambaran-gambaran yang menonjol dari Aligarh College yang membuat berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lain di India adalah bahwa sebagian besar mahasiswanya harus tinggal di daerah sekitar kampus (college) tersebut yang jauh dari lingkungan keluarga. Dengan cara ini diharapkan pembentukan watak dan semangat keagamaan para mahasiswanya akan lebih efektif dan berhasil.

Metode pengajaran yang digunakan oleh Aligarh adalah sistem klasikal (kelas), pelajaran-pelajaran diberikan dalam kelas. Guru memberikan pelajaran kepada sekelompok siswa yang usia dan pengetahuannya hampir sama (merata). Guru juga harus memantau kemajuan para siswanya dengan cara memberikan ujian formal secara teratur kepada mereka, dan juga nilai-nilai individual. Dengan demikian, para siswa bisa naik dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi sampai mereka menyelesaikan pendidikannva, dan setelah itu, mereka mendapatkan ijazah (sertifikat). Sekolah itu bahkan memberikan beasiswa bagi para siswa yang memiliki prestasi baik selama sekolah atau ketika ujian mereka telah selesai.[17]

Lembaga pendidikan Aligarh diorganisasikan sebagai lembaga independent bukan sebagai bagian dari rumah tangga kepala sekolah dan bukan pula sebagai salah satu fungsi dari masjid di tempat itu. Sayyid Ahmad Khan, selain memulai penerbitan Tahzib al-Akhlag juga rnernbentuk the Committee Khwastagar Taragi e-Musalaman-e-Hindustan (Komite bagi Difusi dan Kemajuan Belajar yang Lebih Baik di Antara Muslim India), di Benares jauh sebelurn Aligarh didirikan. Komite itu sendiri dimaksudkan untuk menyelediki sebab-sebab yang menghambat hingga masyarakat Muslim tidak memanfaatkan sistem pendidikan yang didirikan oleh pemerintah, dan memberikan jalan (alat) agar pendidikan modern bisa disebarluaskan di tengah-tengah mereka.[18] Komite tersebut, setelah mempelajari sebab-sebabnya, memutuskan bahwa yang harus dilakukan adalah mempertimbangkan alat yang sesuai untuk mengatasi kesulitan mereka pada saat itu, juga memikirkan cara-cara yang mungkin benar-benar berguna bagi para Muslim di masa depan. Oleh karena itu, diputuskan untuk mendirikan lembaga pendidikan bagi generasi mendatang. Disetujui pula bahwa buku-buku tentang Islam sudah tua dan karakter (kwalitas) nya sudah tak sesuai dengan usia para siswa, karena semuanya telah gagal dalam memberikan kebebasan berfikir dan mengandung banyak kesalahan, karena itu perlu diganti dengan yang baru. Semangat buku itu sudah tidak sesuai lagi dengan jaman baru dan Komite merasa yakin bahwa melalui buku-buku itu masyarakat Muslim tidak akan pernah bisa mendapatkan pengetahuan dari pelajaran-pelajaran baru, dan tanpa pengetahuan, mereka akan tetap terbelakang. Dengan adanya ide-ide ini mereka membentuk Komite yang lain yang disebut sebagai Majlis e-Khazan ul-Bazaat ul-Tasees Madrassat ul-Uloom ul-Muslimeen (Komite Dana Perguruan Tinggi Inggris Timur untuk Muslimin). Komite tersebut harus mengumpulkan dana untuk pendirian Perguruan Tinggi Muslim.[19]

Dengan demikian, jelas bahwa organisasi Aligarh College telah diresmikan sebelum pendiriannya yang sebenarnya. Dari komite inilah kebijakan pendidikan ditentukan. Aligarh percaya bahwa pendidikan muslim bisa maju hanya kalau kaum muslimin sendiri mengelola lembaga pendidikannya secara efisien.[20]

Ide reformasi pendidikan muslim juga meliputi rasionalisasi kurikulum. Perihal kurikulum Aligarh, Sayyid Ahmad Khan mengatakan bahwa kurikulum itu hendaknya cukup fleksibel untuk mencapai berbagai macam tujuan yang luas. Intinya dalah menarik sebanyak mungkin orang yang memiliki jenis pendidikan apapun yang disukainya dan bisa melanjutkannya.[21]

Lebih jauh dia mengusulkan bahwa kurikulum Aligarh, sebagaimana dia sampaikan pada tahun 1872, terdiri dari pendidikan umum dari usia 13 sampai 18 tahun, diikuti o1eh ilmu-ilmu khusus, yang menurut dugaan beranalogi dengan tripos di Oxford dan Cambridge. Pada tingkat persiapan harus ada empat bidang studi—agama, sastra, matematika, dan dinu pengetahuan alam. Ilmu pengetahuan alam akan berhubungan dengan fisika dasar, matematika dengan aljabar dan geometri. Sastra meliputl hal yang termasuk bahasa, komposisi, sejarah, geografi, logika, politik, dan berbagal topik yang termasuk dalam filsafat. Pelajaran agama meliputi kehidupan Nabi Muhammad Saw (Hadits), Tafsir al-Qur'an, hukum (syari'ah), dan prinsip-prinsip umum.[22] Pelajaran-pelajaran ini bisa dilanjutkan baik dalam bahasa Inggris maupun Urdu. Mahasiswa yang berharap bisa mendapatkan jabatan-jabatan pemerintahan yang tinggi akan belajar bahasa Inggris.

Pada saat yang sama jurusan bahasa Inggris bisa mendidik (melatih) orang agar bisa menyampaikan pelajaran modern kepada masyarakat India secara lebih luas. Selain bahasa Inggris, para mahasiswa ini harus pula mempelajari bahasa Latin dan Arab, Persia, atau Urdu. Perguruan tinggi (Aligarh) tersebut harus menjadi lembaga yang sedemikian rupa sehingga akan sesuai bukan saja dengan kebutuhan masyarakat muslim masa kini tetapi juga di masa depan. Komite bagi kemajuan belajar yang lebih baik (The Committee for Better Advancement of Learning) diharapkan untuk memperkenalkan sistem pendidikan bagi generasi mendatang.

Berdasarkan uraian mengenai kurikulum di atas, pada tahun 1875, the Muhammadan Anglo-Oriental College dimulai sebagai sebuah sekolah. Tahun 1875, dengan alasan yang sama, kuliah-kuliah perguruan tinggi dimulai, sehingga mahasiswa yang telah lulus ujian masuk dari College itu bisa melanjutkan studinya. Pada tahun 1881, untuk alasan yang sama, dibuka jenjang Sarjana Muda (BA). Pada tahun yang sama sebuah kelas khusus, yang dikenal dengan nama the Civil Service Prepasatory Class (Kelas Persiapan Pelayanan Masyarakat), juga dibuka dengan tujuan untuk membantu pemuda muslim agar mampu mempersiapkan dirinya sendiri khususnya dalam menghadapi Competitive Indian Civil Service Examination (Ujian Saringan Pelayanan Masyarakat India). Pada tahun 1887, satu jurusan dibuka yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa memasuki perguruan tinggi teknik di Rookee. Dalam tahun itu juga dibuka program MA dan L L. B.[23]

Meskipun Aligarh College didirikan terutama untuk para Muslim, perguruan nggi ini juga menerima mahasiswa yang beragama Hindu. Pada tahun pertama keseluruhan mahasiswanya adalah Muslim, namun setelah itu, selalu ada mahasiswa beragama Hindu yang jumlahnya cukup banyak.[24] Keterbukaan untuk menerima mahasiswa non-Muslim untuk belajar di Aligarh merupakan salah satu policy (kebijakan) yang bertujuan untuk menciptakan prinsip-prinsip ikatan ukhuwah (persaudaraan) antara orang-orang Islam dan Hindu. Dalam hal ini Sayyid Ahmad Khan menjelaskan bahwa sekolah itu bersifat non-sektarian baik dari segi mahasiswanya maupun anggota beberapa bagian administrasi kecuali bahwa sensitivitas Hindu mengenai kasta tetap dihargai, dan pendidikan agama diberikan secara terpisah antara mahasiswa Hindu dan Muslim.[25]

Selain pertimbangan semacam ini, penekanan terhadap pentingnya bahasa Inggris di Aligarh College barangkali menjadi alasan lain mengapa mahasiswa non-Muslim belajar diperguruan tinggi ini. Ada beberapa alasan pragmatis mengenai penggunaan bahasa Inggris yang ditawarkan oleh Sayyid Ahmad Khan. Dia mengingatkan bahwa orang-orang India tidak bisa berharap untuk memperoleh pekerjaan-pekerjaan di Pemerintahan (sebagal pegawai negara) tanpa memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam bahasa Inggris; partisipasi dalam perdagangan, modern dan perdagangan internasional tidak mungkin dilakukan tanpa menggunakan bahasa Inggris, begitu pula perkembangan politik dan hubungan internasional negara-negara lain tetap tidak diketahui, dan akhirnya, orang-orang India tidak bisa secara efektif mengikuti proses politik India meskipun pemerintah Inggris menawarkan bagian yang menguntungkan kepada mereka.[26]

Dengan melihat respon-respon dari masyarakat dan pemerintah, walaupun masih ada beberapa reaksi dari beberapa kelompok masyarakat, sekolah-sekolah
Aligarh bisa diterima dengan baik. Reaksi-reaksi tersebut secara bertahap berkurang dan berubah menjadi respon yang positf karena masyarakat menyadari perlunya jenis pendidikan semacam ini. Aligarh telah memenuhi kebutuhan mereka dengan menawarkan model pendidikan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan modern
.[27]

C. Kesimpulan

Reformasi pendidikan Muslim yang dilaksanakan oleh Aligarh sebenarnya merupakan respons yang tepat terhadap kondisi-kondisi sosial-keagamaan Muslim di India. Aligarh memusatkan perhatian pada pendidikan menengah atas pada satu lembaga pendidikan, dan tidak menyebarluaskan institusi semacam ini ke bagian­-bagian lain di India.

Lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan oleh Aligarh mengadopsi elemen-elemen sistem pendidikan Barat yang baru dan, di sisi lain menjaga Islam sebagai dasar pendidikan mereka. Oleh karena itu, dalam beberapa aspek, lembaga-­lembaga tersebut sangat berbeda dengan pendidikan Muslim tradisional dan sekolah-­sekolah pemerintah kolonial.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Barkat, "The Origin of Moslem Renaissance in India," The Hindustand Review," July (1907)

A History of the Movement, Vol. 111, 1906-1936, part 11 Karachi: Pakistan Historical Society, 1963

Jain, M.S., The Aligarh Movement : His Origin and Development 1856 - 1906, Agra: Sri Ram Mehra & Co., 1965

Jainuri, Ahmad, "The Reformation of Muslim Education: A Study of the Aligarh and the Muhammadiyah Educational System", a Term Paper, (tak dipublikasikan), Montreal, Canada, 1991

Lelyveld, David, Aligarh’s First Generation: Muslim, Solidarity in British India. Princenton, NJ: Princeton University Press, 1978

Malik, Hafeez, Sir Sayyid Ahmad Khan and Muslim Modernism India and Pakistan, New York: Colombia University Press, 1980

Mohsin-ul-Mulk, Nawab (ed.), Addresses and Speeches Relating to the Muhammadan Anqlo­Oriental College in Aligarh from its Foundation in 1875 to 1898. Aligarh, Desember 1998

Muhammad, Shan, Sir Syed Ahmad Khan A Political Biography, Meerut: Meenakshi Prakashan, 1969

Muhammad, Shan (ed), The AligarhMovemeni: Basic Documents : 1864-1898. Meerut, New Delhi: Meenakshi Prakashan, 1978

Nasr, Sayyed Hossein, Science and Civilizationin in Islam. Cambridge, Mss; Harvard University Press, 1968



[1] M.S. Jain, The Aligarh Movement : His Origin and Development 1856 - 1906, (Agra : Sri Ram Mehra & Co., 1965), h. 30 sebagaimana dikutip oleh Ahmad Jainuri dalam "The Reformation of Muslim Education: A Study of the Aligarh and the Muhammadiyah Educational System", a Term Paper, (tak dipublikasikan), Montreal, Canada, 1991, h. 2

[2] Ibid., h. 28

[3] Barkat Ali, "The Origin of Moslem Renaissance in India," The Hindustand Review," July (1907), h. 39.

[4] Jain, op. cit., h. 29

[5] Ibid.

[6] Lihat Shan Muhammad, Sir Syed Ahmad Khan A Political Biography, (Meerut: Meenakshi Prakashan, 1969), h. 63.

[7] Kuliah Sir Syed Ahmad Khan di Gurdaspur, Punjab, tanggal 27 Januari 1884, Ibid, sebagaimana dikutip Achmad Jainuri, op. cit., h. 4.

[8] Shan Muhammad, op. cit., h. 55.

[9] Kuliah Syed Mahmud yang disampaikan dalam The Muhammad Educational Conference pada tanggal 28 Desember 1893 di Aligarh, ibid, h. 54.

[10] Ibid.

[11] MS. Jain, op. cit., h. 36

[12]Lihat Nawab Mohsin-ul-Mulk (ed.), Addresses and Speeches Relating to the Muhammadan Anqlo-­Oriental College in Aligarh from its Foundation in 1875 to 1898 (Aligarh, Desember 1998), h. 31-32.

[13]Sayyed Hossein Nasr, Science and Civilizationin in Islam. (Cambridge, Mss; Harvard University Press, 1968), h. 22.

[14]Shan Muhammad, op. cit., h. 68

[15] Ahmad Jainuri, op. cit., h. 10

[16] A History of the Movement, Vol. 111, 1906-1936, part 11 (Karachi: Pakistan Historical Society, 1963), h. 418-419

[17] Informasi lebih lengkap mengenai the Aligarh Scholarship (beasiswa Aligarh) bisa dilihat di Shan Muhammad (ed), The AligarhMovemeni: Basic Documents : 1864-1898 (Meerut, New Delhi : Meenakshi Prakashan, 1978), h. 450-455.

[18] Hasil-hasil investigasi Komite tersebut sebagaimana disebutkan dalam "Translation of the Report of the Members of the Select Committee" Muhammad (ed), the Aligarh Movement, h. 337-380.

[19] Lihat Shan Muhammad, “Sir Syed Ahmad…”, op. cit., h. 65, untuk uraian secara rinci mengenai Undang-undang dan Peraturan Komite, lihat "Rules for the Guidance and Management of the College Fund Committe (1872 M atau 1289 H)", Muhammad (ed), The Aligarh Movement, h. 381-386

[20] Ahmad Jainuri, op. cit., h. 14

[21] David Lelyveld, Aligarh’s First Generation: Muslim, Solidarity in British India (Princenton, NJ: Princeton University Press, 1978), h. 128.

[22] Shan Muhammad, “The Aligarh…”, op. cit., h. 370-371

[23] Ibid., h. 482

[24] Lelyveld, op. cit., h. 125.

[25] Ibid., h. 170

[26] Hafeez Malik, Sir Sayyid Ahmad Khan and Muslim Modernism India and Pakistan, (New York: Colombia University Press, 1980), h. 189.

[27] Achmad Jainuri, op. cit., h. 20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar